free web site hit counter
Home » Cerita Bokep » JANDA BINAL YANG MENGGODA

JANDA BINAL YANG MENGGODA

MEMEKBEBEK

Sebagai tetangga sebelah rumah, aku cukup akrab dengan semua anggota keluarga, sehingga aku bisa keluar masuk rumahnya dengan leluasa. Oh iya, sebelum aku lupa, Mbak Rasti ini orangnya hitam manis dengan payudara cukup besar. Entahlah, aku sendiri saat itu gak tau persis, karena masih “ingusan”. Yang aku tau, ukurannya cukup membuat anak seusiaku menelan ludah, kalau melihatnya. Cerita Sex

Seperti orang Betawi jaman dulu pada umumnya, Mbak Rasti ini suka sekali, terutama kalau hari sedang panas, cuma pakai bra saja dan rok bawah. Mungkin untuk mendapatkan kesegaran. Nah aku seringkali melihat si Mbak dalam “mode” seperti ini. Usiaku saat itu sudah memungkinkan untuk bergairah melihat tonjolan payudaranya yang hanya ditutupi bra. Tapi yang paling membuatku menahan nafas adalah bentuk dan goyangan pantatnya. Pinggul dan pantatnya bulat dan bentuknya “nonggeng” di belakang. Kalau berjalan, pantatnya bergoyang sedemikian rupa membuat gairah remajaku yang baru tumbuh selalu tergoda.

 

Pembaca, Mbak Rasti ini sudah tiga kali menjanda, dan semua warga kampung kami sudah tahu bahwa Mbak Rasti ini memang “nakal” sehingga gak ada pria yang betah berlama-lama menjadi suaminya. Mbak Rasti ini suka sekali menggodaku dengan mengatakan bahwa dia pengen sekali merasakan keperjakaanku.

Suatu kali, selepas maghrib, aku ke rumahnya. Tadinya aku ingin mengajak Udin, adiknya yang temanku untuk main. Aku masuk lewat pintu belakang karena memang sudah akrab sekali. Tapi di belakang rumahnya itu, ada Mbak Rasti yang sedang duduk di kursi dekat sumur. www.omegabola.com

Aku bertanya ke si Mbak, “Udin ada?”

“Kagak, dia ikut baba (Bapak) ama nyak (Ibu) ke Depok.” jawab si Mbak

“Wah, jadi Mbak sendirian dong di rumah?” tanyaku basa basi

“Iya, asyik kan? Kita bisa pacaran.” sahut si Mbak

Aku cuma tertawa, karena memang sudah biasa dia ngomong begitu

“Duduk dulu dong Wan, ngobrol ama Mbak ngapa sih.” katanya

Akupun duduk di kursi sebelah kirinya, si Mbak sedang minum anggur cap orangtua. Aku tahu dia memang suka minum anggur, mungkin itu juga sebabnya gak ada suami yang betah sama dia.

“Si Amir mana mbak?” tanyaku menanyakan anaknya

“Diajak ke Depok.” sahutnya pendek

“Mau minum nggak Wan?” dia nawarin anggurnya

Aku gak menolak, aku juga suka minum, cuma karena orang tuaku termasuk berada, biasanya aku hanya minum minuman dari luar negeri. Tapi saat itu aku minum juga anggur yang ditawarkan Mbak Rasti. Jadilah kami minum sambil ngobrol ngalor ngidul. Tak terasa sudah satu botol kami habiskan berdua. Dan aku mulai terpengaruh alkohol dalam anggur itu, namun aku pura-pura masih kuat, karena kulihat Mbak Rasti belum terpengaruh. Gengsi.

Aku mulai memperhatikan Mbak Rasti lebih teliti. Pandanganku tertuju ke toketnya yang hanya ditutupi bra hitam yang agak kekecilan. Sehingga toketnya seperti mau meloncat keluar. Wajahnya cukup manis, agak ke arab-araban, kulitnya hitam tapi mulus. Baru sekarang aku menyadari bahwa ternyata Mbak Rasti manis juga. Rupanya pengaruh alkohol sudah mendominasi pikiranku.

Merasa diperhatikan si Mbak membusungkan dadanya, membuat k0ntol remajaku mulai mengeras. Dan dengan sengaja dia membuat gerakan menggaruk toket kirinya sambil memperhatikan reaksiku. Tentu saja aku belingsatan dibuatnya. Sambil menggaruk toketnya perlahan si Mbak bertanya.

“Wan kok bengong gitu sih?”

Bukannya kaget, aku yang sudah setengah mabok itu malah menjawab terus terang, “Abis tetek Mbak gede banget, bikin saya napsu aja.”

Eh, dia malah merogoh toket kirinya, terus dikeluarkan dari branya.

“Kalo napsu, pegang aja Wan. Nih,” katanya sambil mengasongkan toketnya ke depan

“Diemut juga boleh Wan.” tambahnya

Aku yang sudah mabok alkohol, semakin pusing karena ditambah mabok kepayang akibat tantangan Mbak Rasti.

“Boleh Mbak?” tanyaku lugu

“Dari dulu kan Mbak udah pengen buka “segel” Irwan. Irwannya aja yang jual mahal.” katanya sambil memegang kepalaku dengan tangan kirinya dan menekan kepalaku ke arah toketnya.

Aku pasrah, perlahan mukaku mendekat ke arah toket kirinya yang sudah dikeluarkan dari bra itu. Dan hidungku menyentuh pentilnya yang cokelat kehitaman. Segera aroma yang aneh tapi membuat kepalaku seperti hilang menyergap hidungku. Dan keluguanku membuat aku hanya puas mencium dengan hidungku, menghirup aroma toket Mbak Rasti saja.

“Waan.” tegur Mbak Rasti

“Apa Mbak?” tanyaku sambil menengadah

“Jangan cuma diendus gitu ngapa. Keluarin lidah Irwan, jilatin pentil Mbak, terus diemut juga. Ayo coba” Mbak Rasti mengajariku sambil kembali tangannya menekan kepalaku.

Aku menurut, kukeluarkan lidahku, dan kujilati sekitar pentilnya yang kurasakan semakin keras di lidahku. Dan sesekali kuemut pentilnya seperti bayi yang menyusu pada ibunya. Ku dengar Mbak Rasti mengerang, tangannya meremas rambutku dan berkata. Cerita Sex HOT

“Naah, gitu Wan. Terusin Waann. Gigit pentil Mbak Wan, tapi jangan kenceng gigitnya, pelan aja.” pinta si Mbak.

Akupun menuruti permintaannya. Kugigit pentilnya pelan, erangan dan desahannya semakin keras. Dengan lembut si Mbak menarik kepalaku dari toketnya, wajahku ditengadahkan, kemudian dia mencium bibirku dengan penuh gairah. Bibirku diemut dan lidahnya bermain dengan lincahnya di dalam mulutku. Aku terpesona dengan permainan lidahnya yang baru sekali ini kurasakan. Getaran yang diberikan Mbak Rasti melalui lidahnya menjalar dari sekujur bibirku sampai ke seluruh tubuhku dan akhirnya masuk ke jantungku. Aku terbawa ke awang-awang. Gak hanya itu, Mbak Rasti menjilati sekujur wajahku, dari mulai daguku, ke hidungku, mataku semua dijilat tak terlewat satu sentipun. Terakhir lidah Mbak Rasti menyapu telingaku, bergetar rasanya seluruh tubuhku merasakan sensasi yang Mbak Rasti berikan ini.

Sambil menjilati telingaku, tangannya menarik tanganku dan dibawanya ke toketnya, sambil membisikkan, “Remes-remes tetek Mbak dong Waann.” Aku menurutinya, dan kudengar desahan si Mbak yang membuatku semakin bergairah, sehingga remasanku pada teteknya juga semakin intens.

“Aauugghh.. Sshh.. Naahh gitu Wan.”

Kemudian diapun kembali menjilati daerah telingaku. Aku semakin terbuai dengan permainan Mbak Rasti yang ternyata sangat mengasyikkan untukku ini. Kemudian Mbak Rasti kembali menciumi bibirku, dan kami saling berpagutan. Aku jadi mengikuti permainan lidah Mbak Rasti, lidah kami saling membelit, menjilat mulut masing-masing. Kembali kurasakan tekanan tangan Mbak Rasti yang membimbing kepalaku ke leher dan telinganya. Akupun melakukan seperti yang dilakukan Mbak Rasti tadi.

Kujilati telinganya, dan dia mendesah kenikmatan. Lagi, dia menekan kepalaku untuk mencapai teteknya yang semakin mencuat pentilnya. Aku mencoba mengambil inisiatif untuk memegang vaginanya. Tangan kiriku bergerak turun untuk menyentuh bagian paling intim Mbak Rasti. Tapi Mbak Rasti menahan tanganku.

“Nanti dong Waan, sabar ya sayaanng.” Aku sudah gemetar menahan gairah yang kurasakan mendesak di sekujur tubuhku.

“Mbak, Irwan pengen Mbak.” Pintaku

“Pengen apa Waan,” tanya Mbak Rasti menggodaku

“Pengen liat itu.” kataku sambil menunjuk ke selangkangan Mbak Rasti yang masih tertutup rok merah dari bahan yang tipis.

“Pengen liat vagina Mbak?” Mbak Rasti menegaskan apa yang kuminta

“Iya Mbak.” jawabku

“Itu sih gampang, tinggal Mbak singkapin rok Mbak, udah keliatan tuh.” kata Mbak Rasti sambil menyingkapkan roknya ke atas, sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna biru tua.

Dan kulihat segunduk daging di balik celana dalam biru tua itu. Aku menelan ludah dan terpaksa menahan untuk gak limbung. Sungguh luar biasa bentuk gundukan di balik celana dalam itu. Aku memang baru pertama kali melihat gundukan vagina, tapi aku yakin kalo gundukan vagina Mbak Rasti sangat montok alias tembem sekali. Dan Mbak Rasti memang sengaja ingin menggodaku, dia menahan singkapan roknya itu beberapa lama, dan saat aku ingin menyentuhnya, dia kembali menutupnya sambil tertawa menggoda.

“Jangan disini dong Wan. Ntar kita digerebek lagi kalo ada yang tau.” kata Mbak Rasti sambil berdiri dan menuntun tanganku ke dalam rumahnya.

Bagai kerbau dicocok hidungnya akupun menurut saja. Aku sudah pasrah, aku ingin sekali merasakan nikmatnya Mbak Rasti. Dan yang pasti aku sudah telanjur hanyut oleh permainannya yang pandai sekali membawaku ke dalam jebakan kenikmatan permainan sorgawinya.

Mbak Rasti menuntunku ke kamarnya. Tempat tidurnya hanya berupa kasur yang diletakkan di atas karpet vinyl, tanpa tempat tidur. Kemudian Mbak Rasti mengajakku duduk di kasur. Kami masih berpegangan tangan. Mbak Rasti melumat bibirku, dan kami berpagutan kembali. Kemudian Mbak Rasti menghentikan ciuman kami. Dia menatapku dengan tajam, kemudian bertanya.

“Wan, kamu bener-bener pengen ngeliat vagina Mbak?”

Aku mengangguk, karena pertanyaan ini membuatku gak bisa menjawab. Semakin mabok rasanya. Mbak Rasti kemudian melepaskan rok dan bra yang dipakainya dan sekarang tinggal celana dalamnya saja yang masih tersisa. Kembali aku menelan ludah. Dan pandanganku terpaku pada gundukan di balik celana dalam Mbak Rasti. Betapa montoknya gundukan vagina Mbak Rasti.

Kemudian Mbak Rasti berbaring telentang, kemudian dengan gerakan perlahan, Mbak Rasti mulai menurunkan celana dalam sehingga terlepaslah sudah. Aku yang masih duduk agak jauh dari posisi vagina Mbak Rasti cuma bisa menahan gairah yang menggelegak di dalam jantung dan hatiku.

Benar saja, vagina Mbak Rasti sangat tebal, dagingnya terlihat begitu menggairahkan. Dengan bulu yang lebat, semakin membuatku gak karuan rasanya.

“Katanya pengen ngeliat, sini dong liatnya dari deket Wan,” kata Mbak Rasti

“I iya Mbak,” sahutku terbata sambil mendekatkan wajahku ke selangkangan Mbak Rasti. Dia melebarkan kedua pahanya sehingga membuka jalan bagiku untuk lebih mendekat ke vaginanya

“Niih, puas-puasin deh liatin vagina Mbak, Wan.” kata Mbak Rasti

Setelah dekat, apa yang kulihat sungguh membuatku gak kuat untuk gak gemetar. Belahan daging yang kulihat ini sangat indah, berwarna merah, bulunya lebat sekali menambah keindahan. Di bagian atas, mencuat daging kecil yang seperti menantangku untuk menjamahnya. Aromanya, sebuah aroma yang aneh, namun membuatku semakin horny.

“Udah? Cuma diliatin aja? Nggak mau nyium itil Mbak?” pancing Mbak Rasti sambil dua jari tangan kanannya menggosok-gosok daging kecil yang mencuat di bagian atas vaginanya.

“Mm.. Mmau Mbak. Mau banget.” kataku antusias. Kemudian tangan Mbak Rasti menekan kepalaku sehingga semakin dekat ke vaginanya. “Ya udah cium dong kalo gitu, itil Mbak udah nggak tahan pengen Irwan ciumin, jilatin, gigitin.”

Dan bibirkupun menyentuh itilnya, kukecup itilnya dengan nafsu yang hampir membuatku pingsan. Aroma kewanitaan Mbak Rasti semakin keras menerpa hidungku. Mbak Rasti mendesah saat bibirku menyentuh itilnya. Kemudian kejilati itilnya dengan semangat, gak hanya itilnya, tapi juga bibir vagina Mbak Rasti yang tebal itu aku jilati. Jilatanku membuat Mbak Rasti mengejang seraya mendesah dan mengerang hebat.

“Sshh.. Aarrgghh.. Gitu Waann.. Oogghh..”

Suara rintihan dan desahan Mbak Rasti membuatku semakin bergairah menjilati seluruh bagian vagina Mbak Rasti. Bahkan sekarang kumasukkan lidahku ke dalam jepitan bibir vagina Mbak Rasti. Tangan Mbak Rasti menekan kepalaku, sehingga wajahku semakin terbenam dalam selangkangan Mbak Rasti. Agak susah juga aku bernafas, tapi aku senang sekali.

Kumasukkan lidahku ke dalam lubang nikmat Mbak Rasti, kemudian ku jelajahi lorong vaginanya sejauh lidahku mampu menjangkaunya. Tiba-tiba, kurasakan lidahku seperti ada mengemut. Luar biasa, rupanya vagina Mbak Rasti membalas permainan lidahku dengan denyutan yang kurasakan seperti mengemut lidahku. Tubuh Mbak Rasti menggelinjang keras, pinggulnya berputar sehingga kepalaku ikut berputar.

Tapi itu gak menghentikan permainan lidahku di dalam jepitan daging vagina Mbak Rasti. Desahan Mbak Rasti semakin keras begitu juga dengan gerakan pinggulnya, aku semakin bersemangat menjilati, dan sesekali aku menjepit itilnya dengan kedua bibirku, dan rupanya ini sangat membuat Mbak Rasti terangsang, terbukti setiap kali aku menjepit itilnya dengan bibir, Mbak Rasti mengejang dan mendesah lebih keras.

“Sshh, aarrghhgghh, Wan, itu enak banget waan..”

Tapi, putaran pinggul Mbak Rasti terhenti, sebagai gantinya, sesekali dia menghentakkan pantatnya ke atas. Hentakan-hentakan ini membuat wajahku seperti mengangguk-angguk. Erangannya semakin keras, dan tiba-tiba dia menjerit kecil, tubuhnya mengejang, pantatnya diangkat keatas, sedangkan tangannya menekan kepalaku dengan kencang ke vaginanya. Dan kurasakan di dalam vagina Mbak Rasti ada cairan yang membanjir dan ada rasa gurih yang nikmat sekali pada lidahku.

Desahan Mbak Rasti seperti sedang menahan sakit. Tapi belakangan baru aku tahu bahwa ternyata Mbak Rasti sedang mengalami orgasme. Dan pantat Mbak Rasti berputar pelan sambil terkadang terhentak keatas, dan tubuhnya mengejang. Sementara itu, cairan yang membanjir keluar itu ada yang tertelan sedikit olehku, tapi setelah aku tahu bahwa rasanya enak, akupun menjilati sisa cairan yang masih mengalir keluar dari vagina Mbak Rasti. Mbak Rasti kembali menggeliat dan mengerang seperti orang sedang menahan sakit.

Kepalaku masih terjepit dipahanya, dan mulutkupun masih terbenam di vaginanya. Tapi aku tak peduli, aku menikmati sekali posisi ini. Dan tak ingin cepat-cepat melepaskannya. Tak lama kemudian, Mbak Rasti merenggangkan pahanya sehingga kepalaku bisa bebas lagi. Kemudian Mbak Rasti menarik tanganku. Aku mengikuti tarikannya, badanku sekarang menindih tubuhnya, kambali bibir kami berpagutan. Lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.

Kemudian Mbak Rasti melepaskan ciumannya dan berkata, “Wan, terima kasih ya. Enak banget deh. Mbak puas. Ayo sekarang giliran Mbak.”

Mbak Rasti bangun dari tidurnya dan akupun duduk. Dia mulai membuka pakaianku dimulai dari kemejaku. Setiap kali satu kancing baju terlepas, Mbak Rasti mengecup bagian tubuhku yang terbuka. Dan saat semua kancing sudah terlepas, Mbak Rasti mulai menjilati dadaku, pentilku disedotnya. Aku merasakan sesuatu yang aneh namun membuatku semakin bernafsu. Sambil menjilati bagian atas tubuhku, tangan Mbak Rasti bekerj membuka celana panjangku dan melemparkannya ke lantai. Sekarang aku hanya tinggal mengenak celana dalam saja. Mbak Rasti menyuruhku berbaring telentang. Aku menurut.

Kemudian celana dalam ku diperosotkannya melalui kakiku, aku membantu dengan menaikkan kakiku sehingga Mbak Rasti lebih mudah melepaskan celana dalamku. Dunia seperti terbalik rasanya saat tangan Mbak Rasti mulai menggenggam k0ntolku dan mengelus serta mengocoknya perlahan.

“Lumayan juga k0ntol kamu Wan. Gede juga, keras lagi.” celetuk Mbak Rasti.

Tak membuang waktu, Mbak Rasti segera menurunkan wajahnya sehingga mulutnya menyentuh kepala k0ntolku. Dikecupnya kepala k0ntolku dengan lembut, kemudian dikeluarkannya lidahnya, mulai menjilati kepala, kemudian batang dan turun ke.. Bijiku. Semua dilakukannya sambil mengocok k0ntolku dengan gerakan halus. Lidahnya bergerak turun naik dengan lincahnya membuatku semakin gak terkendali. Aku mendesah dan mengerang merasakan kenikmatan dan sensasi yang Mbak Rasti berikan. Sungguh luar biasa permainan lidah Mbak Rasti.

Setelah beberapa lama, Mbak Rasti menghentikan lidahnya. Rupanya dia sudah merasa bahwa tingkat ereksiku sudah cukup untuk memulai permainan.

“Udah Wan, sekarang Irwan masukkin kontol Irwan ke vagina Mbak. Adduhh, Mbak udah nggak sabar pengen disiram sama perjaka. Biar Mbak awet muda Wan.” kata Mbak Rasti.

Aku tak mengerti maksud Mbak Rasti, tapi yang jelas, sekarang Mbak Rasti kembali tiduran dan menyuruhku mulai mengambil posisi di atasnya. Mbak Rasti melebarkan kedua kakinya sehingga aku bisa masuk di antara kakinya itu. Kemudian Mbak Rasti memegang k0ntolku dan mengarahkannya ke vaginanya yang sudah menanti untuk kumasuki. Mbak Rasti meletakkan k0ntolku di depan vaginanya, kemudian berkata, “Nah, sekarang teken Wan.”

Aku gak menunggu lebih lama lagi. Segera kutekan k0ntolku memasuki kegelapan vagina Mbak Rasti. Kurasakan k0ntolku seperti dijepit daging yang sangat keras namun lembut dan kenyal, agak licin tapi sekaligus juga agak seret.

“Aagghh.. Pelan dulu Wan,” pinta Mbak Rasti.

Saat kepala k0ntolku sudah masuk, Mbak Rasti menggoyangkan pinggulnya sedikit, membuatku semakin mudah untuk memasukkan seluruh k0ntolku. Dan akhirnya terbenamlah sudah k0ntolku di dalam vaginanya. Jepitannya kuat sekali, namun ada kelicinan yang membuatku merasa seperti di dalam sorga. Kemudian Mbak Rasti terdiam. DIa berkonsentrasi agaknya, karena tahu-tahu kurasakan k0ntolku seperti disedot oleh vagina Mbak Rasti. Ya ampuun, rasanya mau meledak tubuhku merasakan denyutan di vagina Mbak Rasti ini. K0ntolku seperti dijepit dan gak bisa kugerakkan. Seperti ada cincin yang mengikat k0ntolku di dalam vagina Mbak Rasti. Aku agak bingung, karena aku gak bisa bergerak sama sekali.

“Mbak, apa nih?” aku bertanya

“Enak nggak Wan?” tanya Mbak Rasti

“Iya Mbak, enak banget. Apaan tuh tadi Mbak?” aku kembali bertanya

Mbak Rasti gak menjawab, hanya tersenyum penuh kebanggaan. Kemudian Mbak Rasti melepaskan jepitan vaginanya pada k0ntolku.

“Sekarang kamu gerakin keluar masuk k0ntol kamu ya Wan.” perintah Mbak Rasti

Dan akupun mulai permainan sesungguhnya, kugerakkan k0ntolku keluar masuk di lorong kenikmatan Mbak Rasti. Setiap gerakan yang kubuat menimbulkan sensasi yang luar biasa, baik untukku maupun untuk Mbak Rasti. Mula-mula pelan saja gerakanku, tapi lama-lama, mungkin karena nafsu yang semakin besar, gerakanku semakin cepat. Dan Mbak Rasti mengimbangi gerakanku dengan putaran pinggulnya yang mengombang-ambingkan tubuhku. Putaran pinggul Mbak Rasti membuat seperti ada yang mau meledak dalam diriku.

“Hhgghh.. Oogghh.. Sshh, Waann. Kamu jago banget waann..” desah Mbak Rasti

Aku gak tahu apa maksudnya, namun pujiannya membuatku semakin memacu “motor”ku menerobos kegelapan di lorong Mbak Rasti. Kemudian Mbak menghentikan putaran pinggulnya dan melingkarkan kakinya ke kakiku sehingga kembali aku gak bisa bergerak leluasa.

“Wan, sekarang kamu diem aja, kamu rasain aja mpot ayam Mbak.” perintahnya.

Lagi, aku tak tahu apa maksudnya, namun Mbak Rasti mencium bibirku dan lidahnya mengajakku berpagutan kembali.

“Mbak udah mau keluar lagi nih wan, kita barengin ya sayang, Mbak tanggung pasti enak deh.” kata Mbak Rasti.

Tubuh Mbak Rasti diam, namun kurasakan k0ntolku seperti dijepit dan dipijit dengan lembut, benar-benar luar biasa vagina Mbak Rasti. Kembali desakan lahar dalam diriku menuntut dikeluarkan. Dan denyutan vagina Mbak Rasti terus saja mengemuti k0ntolku membuatku merem melek. Dan akhirnya aku benar-benar gak kuat menahan lahar yang mendesak itu.

“Mbakk.. Adduuhh.. Sayaa..” aku gak dapat meneruskan kata-kataku, tapi Mbak Rasti rupanya mengerti bahwa aku sudah hampir mencapai klimaksku.

“Tahan Wan, Mbak juga mau nyampe nih, Barengin ya Wan.” kata Mbak Rasti.

Aku tak peduli, karena aku gak bisa menahannya, dengan erangan panjang, aku merasakan k0ntolku mengeras dan tubuhku mengejang. Kuhunjamkan k0ntolku dalam-dalam ke vagina Mbak Rasti, dan menyemburlah lahar yang sudah mendesak dari tadi ke dalam vagina Mbak Rasti.

“Mbaaaaaaaak.. Aagghh..”

Croott… Crroott… Mbak Rastipun menjerit kecil dan tubuhnya menegang, tangannya memeluk dengan kuat. Di dalam kegelapan vagina Mbak Rasti, semprotan air maniku bercampur dengan banjirnya air mani Mbak Rasti. Aku tak bisa mengungkapkan bagaimana enaknya sensasi yang kurasakan. Pinggul Mbak Rasti bergetar, dan menghentak dengan kerasnya. Vaginanya berdenyut-denyut, enak sekali. Banyak selaki lahar yang kumuntahkan di vagina Mbak Rasti, ditambah lahar Mbak Rasti, rupanya gak mampu ditampung semuanya, sehingga sebagian meleleh keluar dari vagina Mbak Rasti dan turun ke belahan pantatnya.

Lama kami berdiam dalam posisi masih berpelukan, k0ntolku masih terbenam di vagina Mbak Rasti. Tubuh kami bersimbah peluh, nafas kami masih memburu. Kemudian, Mbak Rasti tersenyum, kemudian menciumku.

“Kamu hebat banget Wan. Baru pertama aja udah bisa bikin Mbak puas. Gimana nanti kalo udah jago.” kata Mbak Rasti

“Mbak, Ma kasih ya Mbak. Enak banget deh tadi Mbak.” Kataku

“Sama-sama Wan, Mbak juga terima kasih udah dikasih perjaka kamu. Besok mau lagi nggak?” tantang Mbak Rasti

 

The post JANDA BINAL YANG MENGGODA appeared first on Memekbebek | Cerita sex | Cerita Dewasa.

Memekbebek | Cerita sex | Cerita Dewasa

Ayo share...
Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Pin on PinterestEmail this to someone
admin
Menu Title